Kumpulan Cerita Sex Dewasa - OBAT modern adalah racun yang sangat berbahaya bila terlalu sering dikonsumsi. Jika salah dalam penggunaannya, akan berakibat sangat fatal. Salah satunya adalah kematian. Benarkah demikian? Dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) Otto Rajasa mengatakan, memang benar dalam obat terkandung zat kimia yang memiliki efek tertentu terhadap tubuh kita.
Isu ini mengatakan bahwa obat adalah racun karena zat kimia yang terkandung didalamnya. Pria yang akrab disapa dr Otto ini menjelaskan, memang ada beberapa obat yang dalam dosis sangat kecil sudah memberikan efek yang nyata, sehingga kelebihan dosis dapat mengakibatkan fatal. Misalnya injeksi Kalium Klorida beberapa miligram, dapat langsung menyebabkan jantung terhenti jantung. ”Obat ini akan menjadi racun apabila penggunaannya sembarangan.
Para penganut terapi alternatif herbal mengampanyekan agar kita kembali ke alam (natural therapy),” paparnya. Dikatakan, yang perlu disadari adalah bahwa produk jamu-jamuan dan terapi herbal apa pun juga mengandung zat kimia yang bisa sama atau berbeda kandungan dan dosisnya dengan obat-obatan modern. Dan perlu dicamkan bahwa semua obat pada dasarnya berasal dari alam, baik dari tumbuhan maupun dari hewan. ”Misalnya saja obat maag.
Obat maag sejenis antasida yang berupa cairan putih kental berasal dari batu kapur digunung yaitu CaCO3 dan magnesium sulfat. Bahan dari gunung tersebut kemudian dimurnikan atau dipisahkan mana yang benar-benar berkhasiat untuk selanjutnya dibuat obat oleh pabrik,” ucapnya. Contoh lainnya, lanjut dr Otto, adalah obat jantung yang berasalnya dari daun tumbuhan digitalis yang diambil sarinya.
Zat murni tersebut setelah diketahui bagian yang aktif dan rumusnya kemudian diproduksi di pabrik. Begitu juga dengan obat malaria yang berasal dari kulit pohon kina lalu sarinya diproduksi di pabrik. Otto menjelaskan, sebelum dipasarkan, semua obat telah melewati uji klinis yang cukup panjang. Apabila keamanan, sifat, efek samping, dosisnya telah diketahui dan teruji, baik secara teori maupun praktik, barulah obat tersebut bisa beredar.
Bila obat tersebut sangat aman, pemerintah melalui Balai Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ), akan mengijinkan obat tersebut beredar tanpa resep dokter dan disebut obat bebas. Kendati demikian, tambahnya, setiap obat memiliki efek samping. Ada efek samping obat yang dapat diperkirakan, ada juga yang tidak dapat diramalkan yang disebut reaksi alergi.
Disebutkan, reaksi alergi adalah reaksi aneh yang muncul pada pasien karena meminum obat tertentu atau suatu reaksi obat yang belum bisa diramalkan. Efek samping obat yang berbahaya di antaranya adalah reaksi alergi atau hipersensitif. Reaksi alergi, kata dr Otto, adalah efek samping yang paling sering terjadi apabila kita salah meminum obat.
Biasanya efek samping ini timbul setelah kita minum obat atau disuntik. ”Gejalanya, timbul rasa gatal dan merah pada sebagian atau seluruh kulit. Bila reaksi alergi berat, badan bisa terasa sangat panas. Obat yang sering menimbulkan ini adalah antibiotik golongan Penicillin–amoksisilin. Obat lain dapat menimbulkan reaksi alergi misalnya yang mengandung Sulfa atau obat penghilang rasa sakit seperti antalgin dan lain-lain,” ungkapnya.
Selain reaksi alergi, efek samping dari obat lainnya adalah Anafilaktik. Menurut dr Otto, efek samping ini sangat berbahaya. Peristiwa Anafilaktik yang kadang membahayakan nyawa pasien, bebernya, dapat terjadi pada suntikan penicillin dan streptomicin. ”Darah merah hancur dan Sindrom Steven Johnson juga merupakan efek samping dari reaksi minum obat. Pada Sindrom Steven Johnson, kulit pasien mengelupas seperti kena api setelah minum obat,” tandasnya.(dha)
Sumber : http://www.kaltimpost.co.id